Labels

Saturday, June 14, 2014

Cerita Singkat dari Kepulauan Padaido

Kepulauan Padaido merupakan lokasi utama dari kegiatan Ekspedisi Zooxanthellae X, Biak. Untuk mencapai lokasi ini kami menggunakan kapal kayu kecil (biasa disebut katinting). Terdapat  30 pulau-pulau kecil yang terbagi kedalam 2 distrik, yaitu Padaido Atas dan Padaido Bawah. Distrik Padaido Atas terdiri dari Pulau Padaidori, Mbromsi, Pasi, Meosmangguandi, Nukori, Dauwi, Wamsoi, Samakuri, Yeri, Rasi dan Runi. Distrik Padaido Bawah terdiri dari Pulai Owi, Rurbas, Auki, Wundi, Pai, Nusi, Ureb dan pulau-pulau kecil lainnya.

Monitoring pertama dilakukan di distrik Padaido Atas, dengan menumpang kantor kepala desa di Pulau Pasi sebagai tempat tinggal kami. Saya yang statusnya sebagai anak bawang (karena masih diklat dan termuda dalam ekspedisi ini) mengikuti Bayu dan Pustika untuk mecari informasi mengenai kondisi sosial ekonomi penduduk di beberapa pulau di distrik Padaido Atas, sedangkan Arief dan Mumu (yang statusnya masih diklat sama seperti saya) mendapatkan tugas sebagai pengambil data fisika kimia perairan. Sisanya, terbagi kedalam 2 tim yang masing-masing menggunakan kapal boat menuju lokasi pengamatan, yang terdiri dari pengambil data ikan karang, karang, bentos, serta foto/video bawah laut.

Perjalanan menggunakan katinting
Setelah beberapa hari berada di distrik Padaido Atas, kami bergerak menuju distrik Padaido Bawah dengan menginap di penginapan yang telah disediakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Biak di Pulau Owi. Pengambilan data di pulau-pulau kecil distrik Padaido Bawah dilakukan selama 3 hari dan di salah satu hari tersebut saya, Arief dan Mumu diberikan kesempatan untuk mencoba scuba diving. Mumu yang saat itu sedang berada dalam diklat scuba sudah pasti mengetahui cara penggunaannya, begitu juga dengan arief yang sudah pernah mendapatkan pelajaran scuba di salah satu mata kuliah jurusan, sedangkan saya yang benar-benar awam dengan alat ini akhirnya mencoba menyelam dengan bantuan bang Nogel yang memegangi BCD saya agar tetap stabil di dalam air. Ini merupakan penyelaman pertama saya yang langsung dilakukan di laut, dan pengalaman yang luar biasa bagi saya =D (Terima kasih kepada para mentor yang telah berbaik hati memberikan kami kesempatan menyelam, walaupun hanya di pasir, hhe).

Kegiatan ekspedisi ini ditutup dengan Pendidikan Lingkungan Hidup di salah satu SMA di kota Biak. Sebelum meninggalkan kota ini kami sempat berkeliling kota untuk melihat kehidupan masyarakat Biak yang ramah, serta merasakan makanan khas papua yaitu papeda. Karena pusat kota Biak tidak terlalu luas jadi kami dapat berkeliling dengan berjalan kaki atau menggunakan angkot (di Biak disebut taksi) menuju pasar tradisional maupun tempat menjual souvenir. Jangan heran apabila di trotoar atau dipinggir jalan kota Biak banyak ditemukan cipratan-cipratan  berwarna merah, hal ini merupakan salah satu kebiasaan orang Biak yang senang sekali memakan buah pinang dan terkadang membuang ludahnya di sembarang tempat.


Keceriaan anak-anak Pulau Pasi

Ekspedisi Zooxanthellae X - Biak

Perjalanan menuju Biak merupakan perjalanan Indonesia pertama terjauh saya dan merupakan titik awal saya melangkah menjelajahi keindahan alam serta keunikan masyarakat Indonesia.

Tim Ekspedisi Zooxanthellae X
Perjalanan ini dilakukan dalam rangka Ekspedisi Zooxanthellae X. Ekspedisi ini merupakan kegiatan tahunan Fisheries Diving Club dalam rangka memonitoring kondisi terumbu karang di wilayah Indonesia. Ekspedisi ini melibatkan 19 orang mahasiswa FPIK yang terdiri dari 4 angkatan/diklat, yaitu diklat 24 (Jii, Bayu, Nogel, Bokep, Andra, Tia, Dilla), diklat 25 (Opik, Hedra, Iqbal, Muti, Dian, Kudil, Pustika, Sukma, Apoy), diklat 26 (Mumu), diklat 27 (Arief dan saya).

Kegiatan ekspedisi ini dilakukan pada bulan Agustus 2009. Dimulai dengan keberangkatan tim jangkar (Bayu, Iqbal, Hedra) sebagai tim pendahulu yang bertugas memastikan segala sesuatu di Biak telah beres. Sedangkan sisanya berangkat beberapa hari setelah mendapatkan informasi tambahanan dari tim jangkar. Perjalanan menuju Biak kami tempuh dengan menggunakan kapal PELNI dengan waktu tempuh 1 minggu dan transit di beberapa kota.

Menaiki kapal PELNI bukan pengalaman baru bagi saya, karena pada saat kecil saya pernah menyeberangi selat sunda (perjalanan Jakarta-Medan) menggunakan kapal ini. Bisa dibayangkan betapa bosannya berada di atas kapal selama 1 minggu, apalagi dengan menu makanan yang sama setiap harinya (nasi dengan sayur apa adanya dan lauk berupa rolade/ikan/telur). Untungnya saya berangkat bersama orang-orang yang selalu mempunyai banyak ide untuk menghilangkan kebosanan. Dari bermain kartu remi, domino, tebak-tebakan, bergantian menjaga alat sampai berputar mengitari semua bagian kapal kami lakukan. Selain itu transit di beberapa kota selalu menjadi ajang kami untuk sedikit merefreshkan diri dengan melihat kota-kota di timur Indonesia.

Setibanya di Biak kami disambut oleh tim jangkar dan beberapa staff dari pemerintah kota Biak. Beberapa hari di kota Biak kami diundang untuk makan malam bersama di rumah bupati Biak, Bapak Yusuf M. Maryen sekaligus menjelaskan rencana kegiatan yang akan kami laksanakan. Selain itu, kami mengunjungi beberapa lokasi peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu dari Perang Dunia II yang berada di kota Biak.


Tim Ekspedisi Zooxanthellae X berfoto bersama Bupati Biak serta jajarannya
Goa Binsari (Benteng Pertahanan Tentara Jepang pada Perang Dunia ke-2)