Kepulauan Padaido merupakan lokasi utama dari kegiatan Ekspedisi Zooxanthellae X, Biak. Untuk mencapai
lokasi ini kami menggunakan kapal kayu kecil (biasa disebut katinting). Terdapat
30 pulau-pulau kecil yang terbagi
kedalam 2 distrik, yaitu Padaido Atas dan Padaido Bawah. Distrik Padaido Atas
terdiri dari Pulau Padaidori, Mbromsi, Pasi, Meosmangguandi, Nukori, Dauwi,
Wamsoi, Samakuri, Yeri, Rasi dan Runi. Distrik Padaido Bawah terdiri dari Pulai
Owi, Rurbas, Auki, Wundi, Pai, Nusi, Ureb dan pulau-pulau kecil lainnya.
Monitoring
pertama dilakukan di distrik Padaido Atas, dengan menumpang kantor kepala desa
di Pulau Pasi sebagai tempat tinggal kami. Saya yang statusnya sebagai anak
bawang (karena masih diklat dan termuda dalam ekspedisi ini) mengikuti Bayu dan
Pustika untuk mecari informasi mengenai kondisi sosial ekonomi penduduk di
beberapa pulau di distrik Padaido Atas, sedangkan Arief dan Mumu (yang
statusnya masih diklat sama seperti saya) mendapatkan tugas sebagai pengambil
data fisika kimia perairan. Sisanya, terbagi kedalam 2 tim yang masing-masing
menggunakan kapal boat menuju lokasi pengamatan, yang terdiri dari pengambil
data ikan karang, karang, bentos, serta foto/video bawah laut.
 |
Perjalanan menggunakan katinting |
Setelah beberapa hari berada di distrik Padaido Atas, kami bergerak menuju distrik Padaido Bawah dengan menginap di penginapan yang telah disediakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Biak di Pulau Owi. Pengambilan data di pulau-pulau kecil distrik Padaido Bawah dilakukan selama 3 hari dan di salah satu hari tersebut saya, Arief dan Mumu diberikan kesempatan untuk mencoba scuba diving. Mumu yang saat itu sedang berada dalam diklat scuba sudah pasti mengetahui cara penggunaannya, begitu juga dengan arief yang sudah pernah mendapatkan pelajaran scuba di salah satu mata kuliah jurusan, sedangkan saya yang benar-benar awam dengan alat ini akhirnya mencoba menyelam dengan bantuan bang Nogel yang memegangi BCD saya agar tetap stabil di dalam air. Ini merupakan penyelaman pertama saya yang langsung dilakukan di laut, dan pengalaman yang luar biasa bagi saya =D (Terima kasih kepada para mentor yang telah berbaik hati memberikan kami kesempatan menyelam, walaupun hanya di pasir, hhe).
Kegiatan ekspedisi ini ditutup dengan Pendidikan Lingkungan Hidup di salah satu SMA di kota Biak. Sebelum meninggalkan kota ini kami sempat berkeliling kota untuk melihat kehidupan masyarakat Biak yang ramah, serta merasakan makanan khas papua yaitu papeda. Karena pusat kota Biak tidak terlalu luas jadi kami dapat berkeliling dengan berjalan kaki atau menggunakan angkot (di Biak disebut taksi) menuju pasar tradisional maupun tempat menjual souvenir. Jangan heran apabila di trotoar atau dipinggir jalan kota Biak banyak ditemukan cipratan-cipratan berwarna merah, hal ini merupakan salah satu kebiasaan orang Biak yang senang sekali memakan buah pinang dan terkadang membuang ludahnya di sembarang tempat.
 |
Keceriaan anak-anak Pulau Pasi |